Renungan Bulan Agustus 2018




KEKANAK-KANAKAN


Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi dan hidup secara manusiawi? (1 Korintus 3:3)


Kita dapat mengenal kedewasaan seseorang dari cara orang itu saat bereaksi atau berespons pada sebuah peristiwa yang dilihatnya. Kedewasaan seseorang tentulah tidak mutlak ditentukan dari berapa usianya atau fisiknya, tetapi lebih kepada sikap maupun tutur katanya. Dari tindakannya itu saja kita dapat menilai apakah seseorang benar-benar dewasa atau dewasa namun sesungguhnya ia masih kekanak-kanakan.

Dengan tegas Rasul Paulus menyebut bahwa jemaat Korintus adalah manusia duniawi karena mereka masih hidup dalam kedagingan. Atau dengan bahasa yang sedikit merendahkan, mereka disebut Rasul Paulus sebagai kekanak-kanakan. Pernyataan Rasul Paulus bukan tanpa dasar. Sebagai jemaat yang sesungguhnya tahu kebenaran, tetapi mereka masih menunjukkan sikap iri hati dan perselisihan. Mereka hidup dalam pengelompokan-pengelompokan dan merasa diri lebih unggul dari yang lain. Bukankah sikap-sikap demikian menunjukkan bahwa mereka hanyalah dewasa secara fisik namun kekanak-kanakan dalam cara berperilaku?

Teguran Rasul Paulus sesungguhnya mengingatkan kita bahwa semakin bertumbuhnya kedewasaan rohani kita dalam mengenal Kristus, sesungguhnya perilaku kekanak-kanakan seperti iri hati dan perselisihan makin terkikis dari hidup kita. Kiranya kedewasaan diri kita bertumbuh seiring dengan sikap-sikap untuk saling mendukung, bukan saling iri hati. Saling membangun, bukan saling menjatuhkan. Supaya dengan demikian bangunan tubuh Kristus berdiri semakin kuat karena setiap orang kristiani hidup dalam kedewasaannya.