Serial Tata Gerak Liturgi dalam Perayaan Ekaristi (Part 2)

MEMBUAT TANDA SALIB

Pernahkah kita melihat umat Katolik yang membuat tanda salib seperti sedang mengusir nyamuk alias terburu-buru sehingga tidak jelas lagi gerakannya.. Mengapa demikian? Sebenarnya taukah makna dari tanda salib?

Tanda Salib merupakan suatu gerakan yang indah, yang mengingatkan umat beriman pada salib keselamatan sembari menyerukan Tritunggal Mahakudus. Secara teknis, Tanda Salib merupakan sakramentali, suatu lambang sakral yang ditetapkan Gereja guna mempersiapkan orang untuk menerima rahmat, dan yang menguduskan suatu saat atau peristiwa. Seiring pemikiran tersebut, gerakan ini telah dilakukan sejak masa Gereja Perdana untuk memulai dan mengakhiri doa serta Misa.

Tanda Salib adalah tanda pertama yang kita terima yaitu pada saat kita dibaptis dan tanda terakhir yang kita terima yaitu saat kita meninggalkan dunia ini menuju kehidupan abadi. Tanda Salib merupakan bagian yang amat penting dalam doa liturgis dan sakramen-sakramen. Dengan Tanda Salib kita mengawali serta mengakhiri doa kita.

Membubuhkan tanda salib dengan tangan kita di kening, di dada serta di pundak kita, kita memberkati diri kita: Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Tanda Salib menyatakan berkat. Tanda Salib melambangkan Tuhan memberkati kita, Tuhan melimpahi kita dengan berkat-berkat-Nya. Dan dengan tanda yang sama kita menyatakan kepercayaan kita kepada Tuhan, yang daripada-Nya semua berkat berasal. Dengan Tanda Salib kita memeluk Allah kita yang baik dengan segenap pikiran, hati serta kekuatan kita.

Tanda Salib dibuat dengan tiga jari, sebab penandaan diri tersebut dilakukan sembari menyerukan Tritunggal Mahakudus…. Beginilah cara melakukannya: dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, sebab Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari Yahudi (kanan) Ia menyampaikannya kepada kaum kafir (kiri).” Namun demikian, yang lain, membuat Tanda Salib dari kiri ke kanan, sebab dari sengsara (kiri) kita harus beralih menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus beralih dari mati menuju hidup, dan dari Tempat Penantian menuju Firdaus.

Mengenai gerakan membuat Tanda Salib sebelum Injil dibacakan, yaitu setelah diakon atau imam mengatakan, “Inilah Injil Yesus Kristus menurut …,” ia dan umat beriman membuat Tanda Salib dengan ibu jari di dahi, bibir dan dada. (Diakon atau imam juga membuat Tanda Salib pada buku Bacaan Misa atau Injil). Hal mengenai membuat Tanda Salib sebelum Injil dibacakan, pertama kali dicatat pada abad ke-9: Regimius dari Auxerre (wafat ± tahun 908) dalam 'Expositio'  Penjelasan) yang ditulisnya mencatat bagaimana umat dalam kongregasi menandai dahi mereka dan diakon menandai dahi serta dadanya. Pada abad ke-11, seperti ditegaskan oleh Paus Inosensius III, diakon akan membuat Tanda Salib pada buku Bacaan Misa atau Injil, dan kemudian ia, dan juga umat, akan membuat Tanda Salib pada dahi, bibir dan dada / hati. Makna dari tiga kali menandai diri itu adalah bahwa kita ingin mendengarkan Injil dengan akal budi yang terbuka, mewartakannya dengan bibir kita, dan mencamkan serta memeliharanya dalam hati kita. Kita mohon pada Tuhan rahmat untuk menerima, menanggapi dan mengakui iman yang telah kita terima dari Injil melalui Tuhan kita, Yesus Kristus, Sabda yang Menjadi Daging.

Tak peduli bagaimana orang secara teknis membuat Tanda Salib, gerakan haruslah dilakukan dengan khidmat dan saleh. Umat beriman haruslah menyadari kehadiran Tritunggal Mahakudus, dogma inti yang menjadikan orang-orang Kristen sebagai “Kristen”. Juga, umat beriman haruslah ingat bahwa Salib adalah tanda keselamatan kita: Yesus Kristus, sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia, yang mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa-dosa kita di atas altar salib. Tindakan sederhana namun mendalam ini membuat setiap orang beriman sadar akan betapa besar kasih Allah bagi kita, kasih yang lebih kuat daripada maut dan akan janji-janji kehidupan abadi. Demi alasan-alasan yang tepat, indulgensi sebagian diberikan kepada mereka yang menandari dirinya dengan Tanda Salib dengan khidmat, sambil menyerukan, “Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus” (Enchirdion of Indulgences, No. 55). Oleh sebab itu, marilah setiap kita membuat Tanda Salib dengan benar dan khidmad serta tidak dengan sembarangan ataupun ceroboh.

Kita membuat tanda salib saat:
1. Memasuki Gereja dengan air suci, berarti kita mengingat Sakramen Pembaptisan yang kita terima.. Bagaimana jika belum dibaptis? Mereka tetap boleh membuat tanda salib dgn air suci..

2. Mengawali dan menutup Perayaan Ekaristi..

3. Saat menerima percikan air suci, pengganti Penyataan Tobat..

4. Memulai bacaan Injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut, dan dada.. Artinya kita mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut disanggupkan untuk mewartakan, dan hati diresapi oleh Sabda Tuhan..

Di luar itu, apakah BOLEH membuat Tanda Salib? Boleh, hanya saja perlu diingat bahwa hendaknya tanda salib dibuat dengan penghayatan penuh dan makna, sehingga tanda salib tidak hanya menjadi gerakan ritual kosong tanpa makna yang malahan mengaburkan makna tanda salib apabila terlalu sering membuat tanda salib.. Lebih baik kita ikuti aturan yang sudah ada dalam Tata Perayaan Ekaristi (TPE)..