Hati Yang Mengampuni

Di awal misa di bulan Puasa tadi pagi, disampaikan pesan oleh Pastur, "sebelum menghadap kepada Tuhan hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Tuhan di dalam Kristus telah mengampuni kamu!"

Kuikuti misa tersebut dengan penuh kepedihan, betapa tidak artinya saya dihadapan Tuhan. Kenapa saya harus berjalan dalam kasih Allah, namun saya masih menjalani hidup ini dengan kebencian atas banyak hal yang dicampur-adukkan dengan kasih Allah.

Kulihat di sudut deretan bangku depan, duduk seorang teman, yang di antara kami bagaikan api dan air, sulit berdamai dan sulit untuk saling mengampuni kesalahan masing-masing. Sejujurnya begitu besar keinginan saya untuk berdamai, saling mengampuni, dan saling mengasihi sebagai teman satu iman.

Tidakkah Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mengampuni mereka yang menyakiti kita, berdoa bagi mereka yang memperalat kita, dan memberkati mereka yang mengutuk kita. Masalahnya kami sama-sama memiliki hati yang keras dan sedang dicobai dengan roh kesombongan. Kami masing-masing selalu memiliki opini tentang segala sesuatu, dan sering mudah menghakimi orang lain. Sulit bagi kami masing-masing untuk memiliki sifat rendah hati untuk menyadari bahwa kami tidak selalu benar tentang segala sesuatu, dan bersedia untuk memperbaikinya. Itulah sebabnya kami sama-sama sedang tidak memiliki hati yang benar di hadapan Tuhan. Mengapa justru kepada teman dekat kami saling tidak bersedia untuk mengampuni. Tidakkah Tuhan mengatakan kepada kita, bahwa jika kita tidak mengampuni orang lain atas kesalahan atau perbuatan dosa yang telah dilakukan terhadap kita, maka Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosa kita terhadap-Nya.

Apabila kami saling menyakiti, tidakkah itu hanya karena keegoisan kami masing-masing. Sangat mudah bagi kita untuk disakiti. Tetapi menurut alkitab kasih tidaklah mudah untuk disakiti. Tuhan tidak menginginkan kita untuk memiliki hati yang tersinggung. Sulitkah kita belajar mengatasi perasaan kita dan membangun hati yang mengasihi dan mengampuni. Tidak peduli apapun harga yang harus kita bayar, tidak peduli seberapa dalam itu menyakiti daging kita atau seberapa rendahnya martabat kita, kita harus membereskan permasalahan antara orang yang menyakiti kita dan diri kita sebelum kita bersujud kepada Tuhan dan memohon pengampunan-Nya.

Betapa hidup kita akan menjadi lebih baik dan nyaman jika kita memiliki sikap seperti itu terhadap begitu banyak perkara. Kututup misa dengan doa, Tuhan tolonglah saya dan teman saya agar di antara kami saling memiliki hati yang lembut dan hati nurani yang lembut terhadap Engkau, sehingga kami dapat saling mengampuni, sebagaimana Engkau di dalam Kristus telah mengampuni kami, Amin!

Sie Liturgie