Serial Tata Gerak Liturgi dalam Perayaan Ekaristi (Part 7)

MEMBUNGKUKKAN BADAN

"Eh saya baru tau kalo ada gerakan membungkukkan badan dalam Perayaan Ekaristi!" Sebenarnya apa ya makna gerakan ini? Mengapa kita melakukannya? Kapan kita melakukannya?

Membungkukkan badan adalah sikap penghormatan kepada Tuhan yang kedua tertinggi setelah sikap berlutut. Berlutut sendiri merupakan sikap penghormatan tertinggi dalam liturgi Gereja Katolik.

* PERTAMA, kita membungkukkan badan bersama-sama dengan imam saat imam membungkuk mencium altar setelah perarakan di awal Misa. Altar melambangkan Kristus sebagai pengantara kita layaknya mezbah, di mana Kurban dan doa kita disatukan, kemudian dibawa pada Bapa. Maka kita menghormati altar karena di atas altar itulah Anak Domba Allah dikurbankan sebagai pepulih dosa-dosa kita.

PERHATIKAN bahwa memang pada bagian penghormatan altar tersebut, tampaknya seolah imam dan umat membungkuk ke arah satu sama lain, memberi kesan umat menghormati imam dan imam menghormati umat. Namun sebenarnya yang sedang kita hormati bersama-sama adalah ALTAR.

* KEDUA, kita membungkukkan badan ketika mengucapkan bagian SYAHADAT PARA RASUL "Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria".

Mengapa pada bagian tersebut? Karena itulah iman Kristen, peristiwa Inkarnasi, Allah yang menjadi manusia dalam diri Yesus, dikandung dan dilahirkan oleh seorang ibu, yakni Ibu Maria. Inkarnasi adalah tanda dan bukti solidaritas Allah dengan manusia. Ia menyelamatkan kita dengan menjadi sama seperti kita, bukan dengan cara sulap atau simsalabim, maka manusia selamat, meskipun Allah pun bisa melakukannya. Inkarnasi ada supaya manusia yang PIKIRANNYA terbatas ini memahami sungguh peristiwa penyelamatan karena Allah yang tidak kelihatan itu kini tampak dan kelihatan dalam diri Yesus.

Maka, statement yang berbunyi "Tidak mungkin Allah itu dilahirkan dari manusia", "Tidak mungkin Allah diperanakkan" itu hanyalah sebuah opini/pendapat yang didasarkan pada rasionalitas dan pikiran manusia yang sangat terbatas ini pada Sang Pencipta.

KETIGA, kita juga membungkukkan badan ke arah altar saat masuk ke gereja Katolik bahkan saat bukan dalam rangka Perayaan Ekaristi (misalnya, mengunjungi sebuah gereja untuk berziarah atau doa pribadi). Sebab, altar-lah tempat di mana Kristus dihadirkan kembali untuk kita semua. Maka jika kita masuk ke dalam kapel atau stasi kecil di mana tidak ada tabernakel di situ, kita tetaplah membungkukkan badan untuk menghormati Altar Tuhan.

Mari melakukan setiap gerakan liturgi ini dengan sepenuh hati dan jiwa, menyembah Tuhan dengan tubuh kita yang sempurna.