Serial Tata Gerak Liturgi dalam Perayaan Ekaristi (Part 1)
Gereja Katolik ini kok ribet? Mau misa aja banyak banget aturannya! Berdiri, duduk, berlutut, dll.. Mau menyembah Tuhan aja kok diatur-atur.. Ya suka-suka gw dong mau ikut apa nggak..
Eits, HATI-HATI.. Statement tersebut acap kali kita dengar keluar dari mulut umat Katolik.. Kalau dilihat sekilas, apa iya tata gerak liturgi itu sulit utk dilakukan? Sebagai manusia yang sehat, apakah sulit untuk berdiri, duduk, berlutut, membungkukkan badan, membuat tanda salib? Apakah kita termasuk orang-orang yang bersyukur karena masih mampu menggerakkan anggota badan kita?
MULIAKANLAH ALLAH DENGAN TUBUH-MU (1 Korintus 6: 19)
Sadarkah kita, pada saat kita mengikuti Perayaan Ekaristi, kita memuliakan Allah dan menyembahNya dengan seluruh anggota panca indera kita? Dengan seluruh tubuh, jiwa dan raga? Bukan sekedar hati atau yang penting hatinya, yang lain ga penting.
Pertanyaannya, mengapa kita tidak melakukannya? Apa alasannya? Sulit? Malas? Ataukah kita melakukan tapi dengan hampa karena tidak tau untuk apa kita melakukan itu? Tahukah kita apa makna dari gerakan-gerakan tersebut?
Selama beberapa minggu ke depan, kita akan disuguhi serial mengenai tata gerak liturgi dan maknanya.. Selamat mengikuti!
MEMBUAT TANDA SALIB DENGAN AIR SUCI di PINTU MASUK GEREJA
Siapa sih orang Katolik yang tidak tahu tanda Salib? Rasanya orang Katolik sedikit banyak dikenal lewat tanda salib. Ketika kita memasuki Gereja Katolik, apa yang kita cari atau kita temukan? Bejana air suci. Lantas apa yang harus kita lakukan dengan air suci itu? Tentu saja membuat tanda salib.
Jutaan umat Katolik setiap minggu bahkan setiap hari membuat tanda salib dengan air suci sebelum memasuki Gereja. Sebenarnya apa sih maknanya? Jangan-jangan kita melakukan ini tanpa makna dan menganggapnya hanya sekedar ritual sebelum masuk Gereja/Rumah Tuhan.
Dalam sejarah bangsa Yahudi dalam Kitab Perjanjian Lama ditemukan bahwa AIR digunakan untuk pembasuhan diri dari segala dosa dan kenajisan. Dalam Bait Allah juga ditemukan bejana besar berisi air, dimana para imam membersihkan tangan dan kakinya sebelum mempersembahkan kurban.
Gereja Katolik juga mempunyai bejana-bejana berisi air suci untuk berkat karena tiga alasan:
1. Sebagai tanda sesal atas dosa,
2. Sebagai perlindungan dari yang jahat dan
3. Sebagai tanda peringatan akan pembaptisan kita.
Sesal atas dosa digambarkan dengan membersihkan diri dengan air seperti dinyatakan dalam Mazmur 51: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!” (3-4, 9). (Hisop adalah tumbuh-tumbuhan yang kecil, yang batang dan daunnya dipergunakan untuk memercikkan barang cair).
Kedua, air suci melindungi kita dari yang jahat. Dalam doa pemberkatan air dalam ibadat, kita berdoa: “Tuhan, Allah yang Mahakuasa, pencipta segala yang hidup, baik tubuh maupun jiwa, kami mohon sudilah memberkati air ini, yang kami gunakan dalam iman untuk mengampuni dosa-dosa kami dan melindungi kami dari segala kelemahan dan kuasa jahat. Tuhan, karena belas kasihan-Mu berilah kami air hidup, yang senantiasa memancar sebagai mata air keselamatan; bebaskan kami, jiwa dan raga, dari segala mara bahaya, dan ijinkan kami menghadap hadirat-Mu dengan hati yang murni.”
Yang terakhir, air suci mengingatkan kita akan pembaptisan kita, ketika oleh karena seruan kepada Tritunggal Mahakudus dan penuangan air suci, kita dibebaskan dari dosa asal dan dari segala dosa, dicurahi rahmat pengudusan, dipersatukan dalam Gereja, dan diberi gelar putera-puteri Allah. Dengan membuat Tanda Salib dengan air suci, kita disadarkan bahwa kita dipanggil untuk memperbaharui janji-janji baptis kita, yakni menolak setan, menolak segala karya-karyanya, dan segala janji-janji kosongnya, serta mengaku syahadat iman kita. Sekali lagi, kita menyesali dosa-dosa kita, agar kita dapat memanjatkan doa-doa kita dan beribadat kepada Tuhan dengan hati murni dan penuh sesal. Seperti air dan darah yang mengalir dari Hati Yesus yang Mahakudus sementara Ia tergantung di atas kayu salib - yang melambangkan Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi Kudus yang sungguh luar biasa, tindakan mengambil air suci dan membuat Tanda Salib mengingatkan kita akan Baptis kita dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi Kudus.
Maka tindakan mengambil air suci sebelum memasuki gereja merupakan peringatan dan pembaruan pembaptisan kita. Juga, penggunaan air suci merupakan suatu penyegaran, yang membebaskan kita dari penindasan si jahat. St. Theresia dari Avila mengajarkan, “tidak ada suatu pun yang membuat roh-roh jahat lari tunggang langgang – tanpa memalingkan muka – kecuali air suci.” (St. Theresia Avila, The Book of Her Life).
Jadi jika disimpulkan, pengambilan air suci di pintu gereja adalah untuk mengingatkan kita akan makna Pembaptisan kita (yaitu pertobatan, pengudusan, kehidupan baru di dalam Kristus dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, dan partisipasi kita sebagai anak- anak angkat Allah di dalam misi Kristus) dan pengusiran roh-roh jahat.
PERLUKAH KITA MEMBUAT TANDA SALIB LAGI KETIKA KELUAR GEREJA?
Karena tujuannya ialah penyucian untuk memasuki tempat kudus, tindakan itu seyogyanya dilakukan HANYA pada saat memasuki Gereja, dan tidak perlu dilakukan pada saat meninggalkan Gereja. Kebiasaan demikian itu dilakukan pada Abad Pertengahan. Namun demikian, banyak umat terbiasa melakukannya baik pada saat datang maupun pada saat pulang. Karena hal ini bukanlah suatu tindakan yang salah atau berdosa, maka tetap boleh saja dilakukan.
Pembuatan tanda salib dengan air suci pada saat pulang (tentu bukan lagi artinya sebagai penyucian sebelum memasuki tempat kudus) bisa diartikan sebagai penyucian diri kita untuk melaksanakan tugas perutusan kita di dunia. Penyucian yang demikian mirip dengan makna pemercikan dengan air suci.
Jadi, setelah tau maknanya, berhentilah membuat tanda salib dengan air suci secara asal-asalan atau sambil lalu.. Yuk kita lakukan dengan pemahaman dan penghayatan yang benar..
Jutaan umat Katolik setiap minggu bahkan setiap hari membuat tanda salib dengan air suci sebelum memasuki Gereja. Sebenarnya apa sih maknanya? Jangan-jangan kita melakukan ini tanpa makna dan menganggapnya hanya sekedar ritual sebelum masuk Gereja/Rumah Tuhan.
Dalam sejarah bangsa Yahudi dalam Kitab Perjanjian Lama ditemukan bahwa AIR digunakan untuk pembasuhan diri dari segala dosa dan kenajisan. Dalam Bait Allah juga ditemukan bejana besar berisi air, dimana para imam membersihkan tangan dan kakinya sebelum mempersembahkan kurban.
Gereja Katolik juga mempunyai bejana-bejana berisi air suci untuk berkat karena tiga alasan:
1. Sebagai tanda sesal atas dosa,
2. Sebagai perlindungan dari yang jahat dan
3. Sebagai tanda peringatan akan pembaptisan kita.
Sesal atas dosa digambarkan dengan membersihkan diri dengan air seperti dinyatakan dalam Mazmur 51: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!” (3-4, 9). (Hisop adalah tumbuh-tumbuhan yang kecil, yang batang dan daunnya dipergunakan untuk memercikkan barang cair).
Kedua, air suci melindungi kita dari yang jahat. Dalam doa pemberkatan air dalam ibadat, kita berdoa: “Tuhan, Allah yang Mahakuasa, pencipta segala yang hidup, baik tubuh maupun jiwa, kami mohon sudilah memberkati air ini, yang kami gunakan dalam iman untuk mengampuni dosa-dosa kami dan melindungi kami dari segala kelemahan dan kuasa jahat. Tuhan, karena belas kasihan-Mu berilah kami air hidup, yang senantiasa memancar sebagai mata air keselamatan; bebaskan kami, jiwa dan raga, dari segala mara bahaya, dan ijinkan kami menghadap hadirat-Mu dengan hati yang murni.”
Yang terakhir, air suci mengingatkan kita akan pembaptisan kita, ketika oleh karena seruan kepada Tritunggal Mahakudus dan penuangan air suci, kita dibebaskan dari dosa asal dan dari segala dosa, dicurahi rahmat pengudusan, dipersatukan dalam Gereja, dan diberi gelar putera-puteri Allah. Dengan membuat Tanda Salib dengan air suci, kita disadarkan bahwa kita dipanggil untuk memperbaharui janji-janji baptis kita, yakni menolak setan, menolak segala karya-karyanya, dan segala janji-janji kosongnya, serta mengaku syahadat iman kita. Sekali lagi, kita menyesali dosa-dosa kita, agar kita dapat memanjatkan doa-doa kita dan beribadat kepada Tuhan dengan hati murni dan penuh sesal. Seperti air dan darah yang mengalir dari Hati Yesus yang Mahakudus sementara Ia tergantung di atas kayu salib - yang melambangkan Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi Kudus yang sungguh luar biasa, tindakan mengambil air suci dan membuat Tanda Salib mengingatkan kita akan Baptis kita dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi Kudus.
Maka tindakan mengambil air suci sebelum memasuki gereja merupakan peringatan dan pembaruan pembaptisan kita. Juga, penggunaan air suci merupakan suatu penyegaran, yang membebaskan kita dari penindasan si jahat. St. Theresia dari Avila mengajarkan, “tidak ada suatu pun yang membuat roh-roh jahat lari tunggang langgang – tanpa memalingkan muka – kecuali air suci.” (St. Theresia Avila, The Book of Her Life).
Jadi jika disimpulkan, pengambilan air suci di pintu gereja adalah untuk mengingatkan kita akan makna Pembaptisan kita (yaitu pertobatan, pengudusan, kehidupan baru di dalam Kristus dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, dan partisipasi kita sebagai anak- anak angkat Allah di dalam misi Kristus) dan pengusiran roh-roh jahat.
PERLUKAH KITA MEMBUAT TANDA SALIB LAGI KETIKA KELUAR GEREJA?
Karena tujuannya ialah penyucian untuk memasuki tempat kudus, tindakan itu seyogyanya dilakukan HANYA pada saat memasuki Gereja, dan tidak perlu dilakukan pada saat meninggalkan Gereja. Kebiasaan demikian itu dilakukan pada Abad Pertengahan. Namun demikian, banyak umat terbiasa melakukannya baik pada saat datang maupun pada saat pulang. Karena hal ini bukanlah suatu tindakan yang salah atau berdosa, maka tetap boleh saja dilakukan.
Pembuatan tanda salib dengan air suci pada saat pulang (tentu bukan lagi artinya sebagai penyucian sebelum memasuki tempat kudus) bisa diartikan sebagai penyucian diri kita untuk melaksanakan tugas perutusan kita di dunia. Penyucian yang demikian mirip dengan makna pemercikan dengan air suci.
Jadi, setelah tau maknanya, berhentilah membuat tanda salib dengan air suci secara asal-asalan atau sambil lalu.. Yuk kita lakukan dengan pemahaman dan penghayatan yang benar..
0 comments:
Kommentar veröffentlichen