Renungan Bulan April 2012
“Sebab mata Tuhan tertuju kepada
orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong,
tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.” (1 Petrus 3:12)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 18-20; Mazmur 11, 59
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 18-20; Mazmur 11, 59
Pernahkah Anda merasa begitu sulit untuk berdoa? Saya pernah. Dan hari-hari itu mengerikan. Saya bisa kelihatan sedang berdoa, berusaha merangkai kalimat-kalimat doa, tetapi sebenarnya saya tidak sedang terhubung dengan Tuhan. Firman Tuhan sebenarnya sudah memperingatkan kita tentang hal ini.
Persis sebelum bagian yang kita baca, Petrus mengingatkan para
suami untuk mengasihi dan menghormati istrinya agar doanya tidak terhalang.
Lalu, Petrus meneruskan nasihatnya kepada seluruh jemaat agar mereka hidup dalam
kasih dan damai, menjauhi yang jahat, karena Tuhan tidak akan mendengarkan
permohonan orang-orang jahat (ayat 12). Jika kita meneruskan hingga 1 Petrus
4:7, sekali lagi kita akan menemukan bahwa Petrus menasihati jemaat untuk
menguasai diri dan menjadi tenang supaya dapat berdoa. Dapatkah Anda melihat
kesamaannya? Ada cara hidup yang menghalangi doa, ada cara hidup yang menolong
kita memiliki kehidupan doa yang baik. Pesan ini diulang-ulang Petrus dalam
suratnya.
Bayangkan Tuhan mendengar saya berdoa mohon damai sejahtera,
tetapi tiap hari mengisi pikiran dan hati saya dengan kekecewaan dan kepahitan.
Saya mohon hubungan yang penuh kasih, sementara saya sendiri tidak mau
mengasihi. Menggelikan bukan? Bagaimana saya bisa menuntut Tuhan mendengar doa
saya, sementara hidup saya menunjukkan bahwa saya tidak serius dengan apa yang
saya doakan? Tuhan memanggil anak-anak-Nya untuk hidup dalam kebenaran. Adakah
hal-hal yang harus Anda bereskan di tengah keluarga, rekan kerja, persekutuan
orang percaya, supaya doa Anda tidak terhalang?—ELS
JIKA SERIUS DENGAN TUHAN, KITA AKAN SERIUS DALAM
DOA;
JIKA SERIUS DENGAN DOA, KITA AKAN SERIUS DALAM CARA KITA HIDUP.
JIKA SERIUS DENGAN DOA, KITA AKAN SERIUS DALAM CARA KITA HIDUP.
Beban Yang Terlepas
Di Jahrestagung KAAD aku hadir seperti dua tahun lalu. Hati
rasanya berat untuk datang, memohon maaf kepada pihak-pihak yang pernah aku
kecewakan. Juga pemikiran seperti: Apakah aku mampu mengemban tugas yang
diberikan kepadaku sekali lagi, meskipun dengan kemampuan yang sudah jauh
berkurang?
Hanya sedikit kemauan untuk percaya akan Tuhan telah memberikan
aku sedikit keberanian.
"Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya,
jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu
yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu
yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepada-Nya."
"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat
menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? Jadi, jikalau kamu tidak sanggup
membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain?"
Sampai suatu saat di mana aku masih berbeban berat, Tuhan
berbicara melalui pengurus KTM (Komunitas Tritunggal Mahakudus) kepadaku:
"Anson, kamu terlalu banyak berpikir" dengan lembut dan halus penuh
kepedulian ia menegorku. "Tuhan tidak menuntut apa-apa dari kamu, serahkan
saja dirimu sepenuhnya kepadaNya."
Lalu ia menganjurkan aku untuk melanjutkan berdoa
"Yesus" di dalam hati dan menyerahkan diriku kepadaNya, karena
tanpaNya aku ini lemah dan bukan siapa-siapa. Juga menganjurkan
aku untuk mengaku dosa lagi.
Anjuran dan tegorannya itu telah melepaskan beban beratku, terasa
3 kg dari 40 kg hilang. Meskipun hanya 3 kg, namun aku sangat bahagia,
karena Dia pernah berkata: "Hal
Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu
yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila
ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang
lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara
dapat bersarang dalam naungannya."
Ya, sampai sekarang bebanku sedikit demi sedikit runtuh dan
kebahagiaan disertai ketenangan tumbuh di hatiku.
Sekian teman-teman renungan pribadi saya..
Salam
Anson on behalf of ex-sie Liturgi
0 comments:
Kommentar veröffentlichen