Renungan Bulan Desember 2020

“Penantian Dalam Pengharapan” 




Bacaan: Yes 63:16b-17,64:1. 3b-8; 1Kor.1 :3-9; Mrk.13: 33 – 37. (Thn.B)

 Bangsa Israel dalam segala kesulitan dan penderitaan mau setia kepada Allah, sebab mereka percaya dan mengharapkan bahwa Allah sendiri akan datang untuk membebaskan mereka dari kesusahan; dan karena itu mereka selalu memupuk harapan itu. Mereka sadar bahwa mereka dihukum karena dosa mereka, dan mengharapkan pengampunan. Dengan penuh semangat mereka berdoa agar Allah membuka surga-Nya dan mau datang menyelamatkan mereka. Merekapun sangat yakin bahwa Allah akan memberikan kasih karunia kepada mereka. Dan Allah itu setia; dan di dalam Dia kita menjadi kaya dalam segala hal, dalam segala perkataan dan pengetahuan sebagaimana yang diungkapkan Paulus kepada jemaat di Korintus. Yesus menjelang akhir hidup-Nya mengajak para murid-Nya agar dengan penuh harapan mereka menantikan kedatangan Allah. Sikap yang dituntut Yesus dalam menantikan kedatangan Allah bukan secara pasif, bukan dengan tidak berbuat apa-apa, bukan dengan sikap acuh tak acuh, tidak peduli dan masa bodoh. Yesus minta agar menantikan kedatangan Allah dengan berjaga, harus waspada dan siap sedia untuk menyambut datang-Nya kapanpun dan dalam situasi apa saja, Ia akan selalu datang. Kedatangan-Nya dinantikan dalam pengharapan, dengan berjaga dan waspada. Itulah adven orang beriman, adven kita. Yesus itu sudah, sedang dan akan datang. Ia datang dalam hati, dalam keluarga, dalam kehidupan bersama kita, dalam Gereja. Ia datang dalam setiap peristiwa dan pengalaman hidup kita setiap hari, dalam setiap kali kita berbuat baik, juga ketika merayakan kehadiran-Nya dalam sakramen-sakramen, dalam doa-doa kita; juga ketika kita membangun hidup yang rukun, damai, saling mengasihi dan mengampuni, di sana Ia selalu hadir. Tuhan juga datang pada saat akhir hidup kita. Kehadiran-Nya itu perlu kita sadari dan mengalaminya. Bahkan di masa penuh rahmat ini, masa Adven, secara khusus dengan penuh pengharapan kita menantikan kedatangan-Nya. Ia datang dan hadir juga dialami dalam hati yang siap, dalam hati yang berjaga, sehingga menjadi berkat bagi yang siap menyambut-Nya. Mengapa kita menantikan-Nya dalam pengharapan. Karena Yesus adalah pembawa keselamatan, pembawa damai, pembawa kepenuhan, penyembuh luka-luka, karena Ia adalah Emmanuel, Allah beserta kita. Ia datang setiap saat kapan saja, disaat yang tak terduga. Setiap saat berarti ketika kita hidup demi Kristus, ketika kita percaya kepada-Nya, ketika kita terbuka menyambut-Nya, ketika hidup kita selalu terarah kepada-Nya dan ketika kita dengan kesadaran penuh menyiapkan datang-Nya. Kita berjaga penuh pengharapan karena kita pun tidak tau saatnya Tuhan datang. Adven menjadi sangat istimewa karena kita menantikan-Nya dalam pengharapan. Dan ketika kita memiliki pengharapan, kita tidak pernah akan dikecewakan. Selama masa adven ini, marilah kita tetap melakukan segala sesuatu dalam hidup dan karya di tempat tugas kita masing-masing dengan baik dan jujur, benar dan adil, setia dan tabah, penuh rasa tanggungjawab, disiplin diri, penuh pengorbanan, dengan sungguh-sungguh dan dengan dengan penuh kasih; juga ketika kita boleh menerima orang lain dengan penuh persahabatan, saling mengampuni, saling membantu, semangat doa kita tingkatkan senantiasa, sambil terus menyingkirkan dari diri dan hidup kita hal-hal yang menghalangi perjumpaan kita dengan Tuhan yang datang karena dosa, kesombongan, iri hati, benci dan dendam, dll. Kita berani bertobat dan kembali ke jalan Allah. Karena dalam Dia ada hidup, dan kita hidup dalam segala kelimpahannya. Inilah berkat adven bagi kita. Kita berdoa: “Tuhan Datanglah, janganlah berlambat! Kami menantikan-Mu dalam pengharapan. Maranatha, Selamat datang Tuhan!” Amin.*** by Rm. Frans Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI

Sumber teks: 
https://komkat-kwi.org/2020/11/28/renungan-minggu-adven-i-penantian-dalam-pengharapan/ 

Sumber gambar: 
https://pixabay.com/de/photos/adventskranz-erster-advent-advent-3853579/


Salam Sejahtera, 
Patricia Djami