Aku menciptakan Tuhan atau Tuhan menciptakan aku

Siapakah aku ini? Adakah Tuhan? Akukah Tuhan itu?
Setiap malam aku berdoa seperti hanya berbicara pada diri sendiri dan tidak ada yang menjawab?

Katanya manusia diciptakan oleh Tuhan. Bagaimana kalau Tuhan adalah ciptaan manusia? Ketika mereka memerlukan sesuatu dalam kehampaan, sehingga diharapkan teriakan batin tidak sia-sia dan didengarkan oleh seseorang. Dan hanya kehampaan saja yang kutemui. Tidak ada seorangpun menjawabnya dan hanya aku saja yang menjawab dengan kepala dingin saat badai hidup melanda. SIA-SIA

Aku ingin menemukan kebenaran yang membawa kebahagian. Namun itu juga sia-sia. seharusnya tidak ada Tuhan yang menjawab, hanya aku. Yah, hanya aku dan aku menciptakan Tuhan itu dalam segala kegalauan, kesedihan dan segala sesuatu yang aku rasakan.

Setiap hari aku mencari dan mencari tetap tak kudapatkan. Padahal katanya Ia mencintai manusia, namun tidak ada bukti yang nyata. Sampai pada suatu hari, ketika malam tiba, aku beranikan diri bertanya dalam kegelapan "Apakah Engkau aku ciptakan? Lalu buat apa aku menciptakan Tuhan?" sampai suatu pertanyaan yang menggelitik menjadi jawaban yang amat mengejutkan diriku "Apakah engkau aku ciptakan? dan kamu kira kenapa aku menciptakan manusia dengan segenap kekuasaan mereka?"

Hal ini menyentak nurani. Ketika pertanyaan itu harus dijawab "Kalau Tuhan menciptakan manusia mengapa Ia begitu bertahan dengan perlakuan manusia itu sendiri? Kalau Ia menciptakan manusia mengapa juga Ia mau menderita atas hinaan dari tindakan serta pemikiran manusia itu sendiri?"

Lalu jawaban yang tak mengira menjemput dalam kegelapan "Aku bahagia, meskipun manusia berbuat hal tersebut. Aku senang karena Aku dapat memberikan kebenaran yang selama ini manusia cari-cari dengan susah payah. Meskipun mereka menghinaKu dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan Aku tidak sedih sebaliknya Aku bahagia karena mereka mau belajar dari kehampaan itu sendiri untuk menemukan Aku sang pencipta."

Banyak hal yang tidak diketahui dan memang itu untuk disimpan sampai suatu saat kita mampu untuk menemukannya sendiri. Tak ada akhir untuk belajar. Jadilah musafir bagi yang lain. Tidak usah mencari terlalu jauh sebab Ia yang akan mencari dengan cara-Nya yang amat berbeda, yakni penderitaan, kesedihan, putus asa, kehampaan, kegelapan dan
akhirnya cinta.

Sie Liturgie
(diambil dari pondok renungan)