Renungan bulan Mei 2011
Sedikit
renungan disela-sela kesibukan! :D
Mata mempunyai banyak manfaat dan kelebihan.
Tetapi mata juga memiliki kelemahannya sendiri. Kelemahan mata adalah mata
dapat melihat banyak hal tetapi tidak dapat melihat dirinya sendiri.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kita melihat mata manusia yang cenderung melihat kelemahan dan kesalahan orang lain daripada kesalahan dan kelemahan dirinya sendiri. Marilah kita perhatikan pernyataan-pertanyaan berikut ini: - Kita merasa diri kita baik karena menurut kita ada orang lain yang lebih jahat daripada kita. - Kita merasa diri kita suci karena menurut kita ada orang lain yang lebih berdosa daripada kita. - Kita merasa diri kita benar karena menurut kita ada orang lain yang lebih bersalah daripada kita. - Kita merasa diri kita rendah hati dan kita menyombongkan kerendah-hatian kita. - Kita merasa dunia ini penuh dengan dosa dan kita adalah satu-satunya orang yang tidak ikut mengotorinya. - Kita mengharapkan supaya orang lain ditegur dengan keras, tetapi kita sendiri tidak mau menerima peringatan. - Kita keberatan bila orang lain diberi keleluasaan, tetapi kita sendiri ingin agar apa saja yang kita kehendaki diluluskan. - Kita menghendaki supaya orang lain dikendalikan dengan berbagai peraturan, tetapi kita sendiri tidak mau dibatasi dengan peraturan-peraturan. Kita dapat membandingkan hal ini dengan nabi Yesaya yang ketika bertemu dengan Tuhan mengatakan bahwa dia adalah orang yang najis dan berdosa. Demikian juga dengan rasul Paulus yang mengatakan bahwa di antara orang berdosa dialah orang yang paling berdosa. Kita dapat melihat bahwa orang-orang yang semakin dekat dengan Tuhan, akan menjadi semakin peka terhadap dosa. Maka salah satu definisi yang terbaik bagi orang kudus adalah: “orang-orang kudus bukanlah orang-orang yang tidak berbuat dosa lagi melainkan orang-orang yang peka akan dosa yang kecil.” Jadi orang yang hanya dapat melihat kelemahan dan kekurangan orang lain tidaklah menunjukkan “kekudusan” dan kerohanian yang baik. Bahkan melihat kelemahan dan selumbar di mata orang lain sebenarnya merupakan pelarian kita yang buat agar kita dapat menghindar dari melihat ke dalam hati kita sendiri yang kotor. Melihat ke dalam diri atau introspeksi diri menandai perbedaan kerohanian yang Alkitabiah dan kerohanian orang Farisi. Dan introspeksi diri inilah yang akan menghasilkan kerendahan hati yang benar. Karena kerendahan hati yang sesungguhnya dimulai ketika kita memiliki gambaran yang tepat mengenai diri sendiri di hadapan Tuhan dan sesama. Berani terbuka terhadap diri sendiri dan melihat ke dalam diri akan membawa kita kepada pengenalan diri yang benar, dan ini berarti mengenal diri dalam segala kelebihan (anugrah Tuhan) dan kekurangan dan keberdosaan kita. Orang yang kuat adalah orang yang berani mengakui kelemahannya dan terus bertumbuh mengatasinya. Sedangkan orang yang banyak memiliki kelemahan sehingga hanya dapat melihat kelemahan orang lain merupakan orang lemah yang sesungguhnya. Leo Tolstoy mengatakan banyak orang berpikir mengenai mengubah dunia tetapi hanya sedikit orang yang berpikir mengenai mengubah diri sendiri. Yang menjadi masalah adalah bagaimana seseorang dapat mengubah dirinya jika dia tidak melihat ke dalam dirinya dan melihat bahwa banyak hal yang perlu diubah?
demikian renungan kali ini..
Salam damai sejahtera,
Igna dan Anson
|
0 comments:
Kommentar veröffentlichen