Anak-anak yang sepi
Anak-anak selalu memiliki kerinduannya sendiri. Mengapakah kita selalu mengkhawatirkannya? Tidak layakkah anak-anak untuk bermain, mencari dan menemukan apa yang disenanginya? Mengapakah kita harus mencampakkan semua mimpi-mimpi indah mereka? Apakah kebenaran selalu hanya milik kita, orang-orang yang merasa bahwa kedewasaan adalah kebenaran mutlak?
"Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" jawab Yesus kepada ayah ibunya saat mereka mencari dan menemukan Dia. Seringkali ketakutan kita pada masa depan yang tak teraba dan harapan kita sendiri yang tak teraih yang membuat kita ingin agar anak-anak kita menjadi jauh lebih berhasil daripada kita sendiri. Tetapi apakah keberhasilan untuk kita sama dengan keberhasilan untuk mereka di masa depan?
Anak-anak selalu memiliki kerinduannya sendiri. Kita bisa mengarahkan mereka tetapi jangan membentuk mereka sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mereka toh bukan tanah liat yang dapat kita ubah bentuknya sesuai dengan apa yang kita idekan. Hidup mereka bukanlah suatu bentuk mekanik yang dapat kita jalankan seperti kita menjalankan robot lewat remote-control. Anak-anak, mimpi mereka, keinginan dan harapan mereka, kerinduan-kerinduan mereka pasti bukanlah suatu kesia-siaan belaka. Sebab mereka diciptakan sama seperti kita diciptakan. Mereka adalah cermin kerinduan Tuhan sendiri untuk membuat manusia secara bebas mampu menentukan dirinya sendiri.
Anak-anak memang menyimpan kerinduannya sendiri. Dan karena itu, dalam menyikapi sikap kita yang sering memaksakan ide kita, mereka menjadi anak-anak yang kesepian. Merasa tak dipahami. Merasa tak dipedulikan perasaannya. Sehingga terkadang mereka menjadi pemberontak yang aktip. Atau menjadi penurut yang pasip. Maka akhirnya mereka sering gagal menjadi diri sendiri. Larut dalam situasi emosional, melawan atau pasrah, mereka gagal menyikapi hidup. Lalu kita pun mulai mengeluh. Salah siapa?
“Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.?(Mat 18:10). Ingatlah, bahwa anak-anak selalu memiliki kerinduan mereka sendiri. Dan tidak setiap kerinduan itu sama dengan kerinduan kita. Kita dapat mengarahkan tetapi jangan memaksa mereka. Kita dapat meminta tetapi tidak untuk mengharuskan. Berapa banyakkah penderitaan terjadi karena sikap kita yang keras dalam memaksa anak-anak kita untuk mewujudkan mimpi kita sendiri?
Maka marilah kita menyadari untuk tidak menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang sepi. Anak-anak itu pun memiliki hak untuk mewujudkan kerinduan mereka. Untuk menyatakan keberadaan diri mereka. Sebab di dalam merekalah terletak masa depan. Kita tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal tentang mereka. Sebab kita sendiri pun tidak abadi. Suatu waktu kelak, kita harus membiarkan mereka untuk terbang melayang dengan saya-sayap mereka sendiri. Yang jauh lebih berdaya daripada sayap kita sendiri. Jauh lebih berdaya.
Sie liturgie
"Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" jawab Yesus kepada ayah ibunya saat mereka mencari dan menemukan Dia. Seringkali ketakutan kita pada masa depan yang tak teraba dan harapan kita sendiri yang tak teraih yang membuat kita ingin agar anak-anak kita menjadi jauh lebih berhasil daripada kita sendiri. Tetapi apakah keberhasilan untuk kita sama dengan keberhasilan untuk mereka di masa depan?
Anak-anak selalu memiliki kerinduannya sendiri. Kita bisa mengarahkan mereka tetapi jangan membentuk mereka sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mereka toh bukan tanah liat yang dapat kita ubah bentuknya sesuai dengan apa yang kita idekan. Hidup mereka bukanlah suatu bentuk mekanik yang dapat kita jalankan seperti kita menjalankan robot lewat remote-control. Anak-anak, mimpi mereka, keinginan dan harapan mereka, kerinduan-kerinduan mereka pasti bukanlah suatu kesia-siaan belaka. Sebab mereka diciptakan sama seperti kita diciptakan. Mereka adalah cermin kerinduan Tuhan sendiri untuk membuat manusia secara bebas mampu menentukan dirinya sendiri.
Anak-anak memang menyimpan kerinduannya sendiri. Dan karena itu, dalam menyikapi sikap kita yang sering memaksakan ide kita, mereka menjadi anak-anak yang kesepian. Merasa tak dipahami. Merasa tak dipedulikan perasaannya. Sehingga terkadang mereka menjadi pemberontak yang aktip. Atau menjadi penurut yang pasip. Maka akhirnya mereka sering gagal menjadi diri sendiri. Larut dalam situasi emosional, melawan atau pasrah, mereka gagal menyikapi hidup. Lalu kita pun mulai mengeluh. Salah siapa?
“Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.?(Mat 18:10). Ingatlah, bahwa anak-anak selalu memiliki kerinduan mereka sendiri. Dan tidak setiap kerinduan itu sama dengan kerinduan kita. Kita dapat mengarahkan tetapi jangan memaksa mereka. Kita dapat meminta tetapi tidak untuk mengharuskan. Berapa banyakkah penderitaan terjadi karena sikap kita yang keras dalam memaksa anak-anak kita untuk mewujudkan mimpi kita sendiri?
Maka marilah kita menyadari untuk tidak menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang sepi. Anak-anak itu pun memiliki hak untuk mewujudkan kerinduan mereka. Untuk menyatakan keberadaan diri mereka. Sebab di dalam merekalah terletak masa depan. Kita tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal tentang mereka. Sebab kita sendiri pun tidak abadi. Suatu waktu kelak, kita harus membiarkan mereka untuk terbang melayang dengan saya-sayap mereka sendiri. Yang jauh lebih berdaya daripada sayap kita sendiri. Jauh lebih berdaya.
Sie liturgie
0 comments:
Kommentar veröffentlichen